Jumat, 07 Juni 2013
Selasa, 04 Juni 2013
K3LH Dokumen
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Back to Nature, inilah istilah yang sering kita dengar kalau kita ingin
kembali pada awal hidupnya manusia, kembali kepada hal yang alami maka kembali
kepada fitrahnya manusia, yaitu dengan melakukan tindakan atau kegiatan yang
memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup.
Menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup dijawantahkan dalam suatu kegiatan sosial karena memang manusia adalah makhluk sosial. Kepedulian kepada sesamanya untuk saling tolong menolong, menjaga norma-norma kehidupan beragama dan kelestarian budayaIndonesia
menjadikan setiap kita berupaya untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia .
Menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup dijawantahkan dalam suatu kegiatan sosial karena memang manusia adalah makhluk sosial. Kepedulian kepada sesamanya untuk saling tolong menolong, menjaga norma-norma kehidupan beragama dan kelestarian budaya
Untuk itulah dengan
keyakinan yang tinggi dalam berupaya dan berbuat yang terbaik untuk bangsa,
maka lahirlah Asosiasi Dokter Gigi Indonesia.
Berbagai upaya telah
dilakukan agar peran seorang dokter gigi dapat di rasakan oleh masyarakat,
dengan adanya dokter gigi, masyarakat dapat merasakan dampak yang begitu
drastis sebelum adanya dokter gigi. Berbagai penyakit pada gigi pun dapat
diminimalisir.
Meningkatnya para praktisi
pengobatan gigi yang lahir atas dasar kesadaran untuk membantu sesama ini perlu
memperoleh dukungan, pembinaan dan perlindungan serta pengawasan sehingga
jangan sampai niat yang suci ini menjadi malapetaka buat pasien (penderita)
ataupun bagi dokternya sendiri, untuk itulah perlu adanya standarisasi dalam melakukan
sebuah praktek, agar kesalahan-kesalahan tersebut dapat di minimalisir.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui
bagaimana manajemen risiko pada dokter gigi di jalan Bayan nomor 3 Pekanbaru
(melakukan praktek dirumah).
2. Tujuan Khusus
1) Untuk
mengetahui persiapan dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
2) Untuk
mengetahui identifikasi dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
3) Untuk
mengetahui analisa risiko dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
4) Untuk
mengetahui evaluasi risiko dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
5) Untuk
mengetahui pengendalian risiko dalam manajemem risiko pada dokter gigi
C. Manfa’at Penelitian
1. Bagi dokter
gigi
1) Dapat
menjadi referensi bagi para dokter gigi tentang potensi bahaya kecelakaan kerja
yang bisa didapat dari rutinitas bekerja sehari-hari dari yang paling sering
terjadi sampai kepada kecelakaan paling berat yang mungkin dihadapi dokter dan
atau pasien.
2) Dapat
mengetahui cara pengendalian risiko guna mengurangi bahaya kecelakaan kerja
pada dokter gigi.
2. Bagi penulis
1) Menambah
pengetahuan tentang manajemen risiko seorang dokter gigi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
dokter gigi
Dokter gigi adalah sebuah
pekerjaan mulia yang dapat membantu masyarakat umum dalam mengatasi penyakit
atau gangguan pada gigi.Banyak terdapat macam-macam penyakit pada gigi, seperti
karang gigi, gigi berlubang, ketidakrapian gigi,
B. Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan
Dalam memeriksa atau mengobati pasien (melakukan praktek)
1. Menggunakan
alat pelindung diri yang lengkap seperti masker dan sarung tangan, agar bakteri
tidak langsung menyentuh tangan
2. kesterilan
alat yang akan digunakan untuk mengobati gigi pasien. Terlebih dahulu alat
dicuci dengan air dan disterilkan dengan alat pembunuh bakteri.
3. alat – alat
yang akan digunakan untuk mengobati gigi pasien agar dipersiapkan terlebih
dahulu, jangan sampai ketika melakukan praktek (pengobatan) dokter kekurangan
alat dan harus diambil terlebih dahulu
4. dokter gigi
ditemani oleh asisten dokter gigi yang bertugas membantu dokter ketika
melakukan pengobatan
5. dokter gigi
harus benar-benar menguasai ilmunya dan kondisi pasien, jangan sampai terjadi
kesalahan ketika melakukan praktek (pengobatan)
C. Management Risiko
1.
Definisi Manajemen Risiko
Manajemen
risiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur
dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian,
penanganan dan pemantauan serta review risiko.
2.
Tujuan Management Risiko
a.
Meminimalkan kerugian dan
meningkatkan produktifitas
b.
Memotong mata rantai
kejadian kerugian sehingga efeknya tidak terjadi
c.
Mencegah terjadinya kerugian
berupa cidera dan penyakit akibat kerja atau hubungan kerja
3.
Tahapan Management Risiko
a.
Persiapan
b.
Identifikasi bahaya
c.
Analisa risiko
d.
Evaluasi risiko
e.
Pengendalian risiko
BAB III
PROSES KEGIATAN
A. Persiapan
1.
Menyiapkan
Alat, Sarana Dan Ruangan
a.
Alat yang diprsiapkan : peralatan-peralatan
pengobatan, sarung tangan, masker, dan kursi.
b.
Mensteril alat agar bebas kuman dan
tidak menyebarkan penyakit dengan cara :mencuci alat-alat yang akan digunakan dengan
air dan disterilkan dengan alat pembunuh bakteri..
c.
Ruangan harus bersih, terang dan cukup
aliran udara dan tidak pengap.
2. Menyiapkan Pasien
a.
Pasien dijelaskan tentang penyakit
gigi yang di derita
b.
Memberikan penjelasan tentang cara
untuk mengatasi penyakit pada gigi tersebut
3. Menyiapkan Diri Sendiri ( dokter
gigi )
a.
Dokter gigi dalam keadaan sehat, tidak
sakit, bersemangat, dan tidak lelah (tidak mengantuk)
b.
Dokter gigi telah menguasai ilmu tentang
penyakit-penyakit pada gigi (profesional).
B. Identifikasi Pasien
1.
menanyakan apa yang dirasakan pasien
pada giginya
2.
memberikan penjelasan tentang penyakit
pada gigi yang diderita pasien
3.
memberikan nasehat/saran atas apa yang
harus dilakukan untuk mengatasi penyakit pada gigi tersebut
|
|
BAB IV
MANAJEMEN RISIKO
A. Persiapan
1.
Ruang Lingkup Management Risiko
Management risiko
dilakukan di jalan bayan nomor 3 Pekanbaru (membuka praktek dirumah) yang
dilakukan selama sehari pada tanggal 31 Januari 2013
2.
Personil Yang Terlibat
1) Personil inti/ yang dinilai risikonya:
a. Dokter gigi.
b. Pasien.
2) Personil lain yang terlibat dalam kegiatan
bekam:
a.
2 orang asisten dokter gigi
3.
Standar penentuan Kriteria Risiko
Penentuan Risiko diambil berdasarkan persentasi angka kejadian
ataupun angka prediksi kejadian frekuensi tertinggi yang sering terjadi serta
tingkat keparahan kejadian melalui analisa management risiko.
4.
Mekanisme Pelaporan
Laporan diberikan kepada dokter gigi tersebut
yang bernama Drg. Elita Rafni, Sp.Pros.
5. Dokument yang terkait
a.
Hasil wawancara dengan Drg.
Elita .
b.
Dokumentasi foto.
c.
Literature/ referensi serta
hasil penelitian
B.
Identifikasi Bahaya
Dilakukan melalui inspeksi, monitoring, wawancara, dan konsultasi
dengan dokter gigi tersebut, dua orang asisten dokter, dan dua orang pasien.
Secara umum, dokter gigi sudah memenuhi tata cara pengobatan, baik dri segi
alat, kondisi pasien, dll, sehingga identifikasi bahaya dalam kegiatan ini
lebih berupa prediksi seandainya kegiatan tersebut dilakukan tanpa APD
sebagaimana kebanyakan para dokter gigi saat ini.
C. Analisa Risiko
1. Daftar kemungkinan dan
konsekuensi dari bahaya pekerjaan dokter gigi baik untuk dokternya sendiri
maupun pasien.
Jenis Bahaya
|
Risiko
|
Konsekuensi
|
Faktor fisik
|
|
|
Faktor Biologis
|
|
Tertular Penyakit-penyakit yang diderita para pasien melalui air
liurnya .
|
Faktor ergonomic
|
|
|
Faktor Psikososial
|
|
|
Alat Perlindungan Diri dan Sterilitas Peralatan dokter gigi.
|
|
|
Kecelakaan dalam praktek.
|
|
|
2. Bentuk
analisa semikualitatif
Tingkat Keparahan
|
Kemungkinan Terjadi
|
||||
Jarang Terjadi
(1)
|
Kurang mungkin terjadi (2)
|
Mungkin terjadi
(3)
|
Sangat Mungkin terjadi (4)
|
Hampir Pasti terjadi
(5)
|
|
(1)
Tidak ada pengaruh
|
Suhu panas
(1)
|
|
|
|
|
(2)
Pengaruh sangat ringan
|
Perangai pasien yang
bermacam-macam
(2)
|
|
Jam kerja yang lama /
istirahat kurang
(6)
|
Pencahayaan sangat terang
(8)
|
|
(3)
Pengaruh ringan
|
|
Kurang baiknya komunikasi
antara therapist dengan pasien
(6)
|
Cara duduk yang salah
(9)
|
|
|
(4)
Pengaruh serius
|
|
|
Infeksi bakteri
(12)
Kecelakaan dalam pengobatan
(12)
|
Tidak memakai APD
(16)
Peralatan kurang steril
(16)
|
|
(5)
Pengaruh fatal
|
|
|
|
|
|
D.
Evaluasi Risiko
Dari tabel analisa semikualitatif ditentukan prioritas risiko
sebagai berikut:
NO.
|
HAZARD
|
SKOR
|
TAFSIRAN
|
1.
|
§ Suhu panas
|
1
|
§
jarang terjadi
§
tidak ada pengaruh
|
2.
|
§ perangai
pasien yang bermacam-macam
|
2
|
§
jarang terjadi
§
Pengaruh sangat ringan
|
3.
|
§ Jam
kerja yang lama/istirahat kurang
|
6
|
§
Mungkin terjadi
§
Pengaruh sangat ringan
|
4.
|
§ Pencahayaan sangat terang
|
8
|
§
Sangat mungkin terjadi
§
Pengaruh sangat ringan
|
5.
|
§ Kurang baiknya komunikasi
therapist dengan pasien
|
6
|
§
Kurang Mungkin terjadi
§
Pengaruh ringan
|
6.
|
§ Cara duduk yang salah
|
9
|
§
Mungkin terjadi
§
Pengaruh ringan
|
7.
|
§ Infeksi
bakteri
§ Kecelakaan
dalam pengobatan
|
12
|
§ mungkin
terjadi
§
Pengaruh serius
|
8.
|
§ Tidak
memakai APD
§ Peralatan
kurang steril
|
16
|
§
Sangat mungkin terjadi
§
Pengaruh serius
|
E. Pengendalian Risiko
NO.
|
HAZARD
|
PENGENDALIAN
|
1.
|
§ Suhu panas
|
§ Minimal harus ada kipas angin.
|
2.
|
§ Perangai
pasien yang bermacam-macam
|
§
Dokter gigi harus dibekali juga dengan
ilmu psikologi.
|
3.
|
§ Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
|
§
Praktek dengan memakai jadwal,
membatasi jumlah pasien, dan selalu ada jadwal istirahat atau relaksasi
setiap 30 menit selama 5 menit.
|
4.
|
§ Pencahayaan
sangat terang
|
§
Dipasang lampu listrik yang memadai
(tidak redup dan tidak terlalu terang)
|
5.
|
§ Kurang baiknya komunikasi antara terapist
dengan pasien
|
§
Dokter gigi harus dibekali juga dengan
ilmu psikologi.
|
6.
|
§ Cara
duduk yang salah
|
§
Dokter gigi harus duduk menghadap
lurus ke meja dan badan dapat disandarkan ke kursi agar otot leher tidak kaku
dan tegang
|
7.
|
§ Infeksi virus, bakteri jamur
|
§ Peralatan harus disterilisasi dengan
sempurna.
§ Wajib memakai APD sarung tangan dan masker.
|
8.
|
§ kecelakaan dalam pengobatan
|
§ dokter
gigi harus berhati-hati dan selalu focus serta tenang dalam melakukan praktek
|
9.
|
§ tidak memakai APD
|
§ Diberikan
pemahaman keuntungan memakai masker dan perbandingan harga masker dengan
risiko yang harus diterima
|
10.
|
Peralatan kurang steril
|
§ Seluruh peralatan harus disterilisasi
secara standar, mulai dari pencucian dengan sabun sampai sterilisasi. Jika
belum memiliki alat sterilisator, maka bisa dengan merebusnya sampai mendidih
selama 20 menit, lalu didinginkan dan diulangi sampai 3 kali.
|
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Dokter gigi adalah pekerjaan yang dapat
membantu masyarakat dalam memecahkan maslah tentang penyakit pada gigi. Dalam
melakukan pengobatan, seorang dokter gigi harus menguasai tata cara pengobatan,
jangan sampai terjadi kesalahan yang mengakibatkan pasien merasa dirugikan.
2.
Secara keseluruhan, Drg. Elita Rafni, Sp.
Pros. Sudah professional dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter gigi, namun
penulis masih menemukan sedikit kesalahn seperti pemakaian colokan listrik yang
terlalu banyak, dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran, dll.
3.
Setelah diadakan penelitian, penulis
mendapatkan 10 (sepuluh) tingkat risiko dari kegiatan pengobatan dokter gigi.
Dengan analisa semi kualitatif, didapatkan skor tertinggi 16 dari maksimum 16
yang disebabkan oleh hazard tidak memakai APD dan peralatan kurang steril, dengan
tafsiran probabilitasnya sangat mungkin terjadi dan pengaruhnya serius. Kemudian
skor minimal adalah 1 dari faktor fisika (suhu panas)
B. Saran-saran
1.
Untuk selalu diadakan pelatihan secara
berkala bagi dokter gigi untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
2.
Dokter gigi sebaiknya dapat menjaga
kesehatan agar kelancaran dalam melakukan pengobatan dapat berjalan lancar
Langganan:
Postingan (Atom)