Selasa, 04 Juni 2013

K3LH Dokumen

BAB I

PENDAHULUAN

A.          Latar Belakang

Back to Nature, inilah istilah yang sering kita dengar kalau kita ingin kembali pada awal hidupnya manusia, kembali kepada hal yang alami maka kembali kepada fitrahnya manusia, yaitu dengan melakukan tindakan atau kegiatan yang memperhatikan keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup.
Menjaga keseimbangan dan keharmonisan dengan lingkungan hidup dijawantahkan dalam suatu kegiatan sosial karena memang manusia adalah makhluk sosial. Kepedulian kepada sesamanya untuk saling tolong menolong, menjaga norma-norma kehidupan beragama dan kelestarian budaya Indonesia menjadikan setiap kita berupaya untuk meningkatkan derajat dan martabat bangsa Indonesia.
Untuk itulah dengan keyakinan yang tinggi dalam berupaya dan berbuat yang terbaik untuk bangsa, maka lahirlah Asosiasi Dokter Gigi Indonesia.
Berbagai upaya telah dilakukan agar peran seorang dokter gigi dapat di rasakan oleh masyarakat, dengan adanya dokter gigi, masyarakat dapat merasakan dampak yang begitu drastis sebelum adanya dokter gigi. Berbagai penyakit pada gigi pun dapat diminimalisir.
Meningkatnya para praktisi pengobatan gigi yang lahir atas dasar kesadaran untuk membantu sesama ini perlu memperoleh dukungan, pembinaan dan perlindungan serta pengawasan sehingga jangan sampai niat yang suci ini menjadi malapetaka buat pasien (penderita) ataupun bagi dokternya sendiri, untuk itulah perlu adanya standarisasi dalam melakukan sebuah praktek, agar kesalahan-kesalahan tersebut dapat di minimalisir.



B.     Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
            Untuk mengetahui bagaimana manajemen risiko pada dokter gigi di jalan Bayan nomor 3 Pekanbaru (melakukan praktek dirumah).
2. Tujuan Khusus
1)      Untuk mengetahui persiapan dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
2)      Untuk mengetahui identifikasi dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
3)      Untuk mengetahui analisa risiko dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
4)      Untuk mengetahui evaluasi risiko dalam manajemen risiko pada dokter gigi.
5)      Untuk mengetahui pengendalian risiko dalam manajemem risiko pada dokter gigi
C.    Manfa’at Penelitian
1. Bagi dokter gigi
1)      Dapat menjadi referensi bagi para dokter gigi tentang potensi bahaya kecelakaan kerja yang bisa didapat dari rutinitas bekerja sehari-hari dari yang paling sering terjadi sampai kepada kecelakaan paling berat yang mungkin dihadapi dokter dan atau pasien.
2)      Dapat mengetahui cara pengendalian risiko guna mengurangi bahaya kecelakaan kerja pada dokter gigi.
2. Bagi penulis
1)      Menambah pengetahuan tentang manajemen risiko seorang dokter gigi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian dokter gigi
Dokter gigi adalah sebuah pekerjaan mulia yang dapat membantu masyarakat umum dalam mengatasi penyakit atau gangguan pada gigi.Banyak terdapat macam-macam penyakit pada gigi, seperti karang gigi, gigi berlubang, ketidakrapian gigi,



B. Beberapa Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam memeriksa atau mengobati pasien (melakukan praktek)
1. Menggunakan alat pelindung diri yang lengkap seperti masker dan sarung tangan, agar bakteri tidak langsung menyentuh tangan
2. kesterilan alat yang akan digunakan untuk mengobati gigi pasien. Terlebih dahulu alat dicuci dengan air dan disterilkan dengan alat pembunuh bakteri.
3. alat – alat yang akan digunakan untuk mengobati gigi pasien agar dipersiapkan terlebih dahulu, jangan sampai ketika melakukan praktek (pengobatan) dokter kekurangan alat dan harus diambil terlebih dahulu
4. dokter gigi ditemani oleh asisten dokter gigi yang bertugas membantu dokter ketika melakukan pengobatan
5. dokter gigi harus benar-benar menguasai ilmunya dan kondisi pasien, jangan sampai terjadi kesalahan ketika melakukan praktek (pengobatan)

C. Management Risiko
1.      Definisi Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen, prosedur dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan pemantauan serta review risiko.
2.      Tujuan Management Risiko
a.       Meminimalkan kerugian dan meningkatkan produktifitas
b.      Memotong mata rantai kejadian kerugian sehingga efeknya tidak terjadi
c.       Mencegah terjadinya kerugian berupa cidera dan penyakit akibat kerja atau hubungan kerja
3.      Tahapan Management Risiko
a.       Persiapan
b.      Identifikasi bahaya
c.       Analisa risiko
d.      Evaluasi risiko
e.       Pengendalian risiko

BAB III

PROSES KEGIATAN

                 
A.    Persiapan
1.                                                                                                         Menyiapkan Alat, Sarana Dan Ruangan
a.       Alat yang diprsiapkan : peralatan-peralatan pengobatan, sarung tangan, masker, dan kursi.
b.      Mensteril alat agar bebas kuman dan tidak menyebarkan penyakit dengan cara :mencuci alat-alat yang akan digunakan dengan air dan disterilkan dengan alat pembunuh bakteri..
c.       Ruangan harus bersih, terang dan cukup aliran udara dan tidak pengap.
2.      Menyiapkan Pasien
a.       Pasien dijelaskan tentang penyakit gigi yang di derita
b.      Memberikan penjelasan tentang cara untuk mengatasi penyakit pada gigi tersebut
3.      Menyiapkan Diri Sendiri ( dokter gigi )
a.       Dokter gigi dalam keadaan sehat, tidak sakit, bersemangat, dan tidak lelah (tidak mengantuk)
b.      Dokter gigi telah menguasai ilmu tentang penyakit-penyakit pada gigi (profesional).
B.     Identifikasi Pasien
1.                                                                                                                                                                            menanyakan apa yang dirasakan pasien pada giginya
2.                                                                                                                                                                            memberikan penjelasan tentang penyakit pada gigi yang diderita pasien
3.    memberikan nasehat/saran atas apa yang harus dilakukan untuk mengatasi penyakit pada gigi tersebut
PASIEN  -    TERAPIST -    PENULIS
 
Penulis
 

BAB IV

MANAJEMEN RISIKO

A.    Persiapan
1.                                                                                                    Ruang Lingkup Management Risiko
Management risiko dilakukan di jalan bayan nomor 3 Pekanbaru (membuka praktek dirumah) yang dilakukan selama sehari pada tanggal 31 Januari 2013

2.                                                                                                      Personil Yang Terlibat
1)      Personil inti/ yang dinilai risikonya:
a.       Dokter gigi.
b.      Pasien.
2)      Personil lain yang terlibat dalam kegiatan bekam:
a.         2 orang asisten dokter gigi
3.      Standar penentuan Kriteria Risiko
Penentuan Risiko diambil berdasarkan persentasi angka kejadian ataupun angka prediksi kejadian frekuensi tertinggi yang sering terjadi serta tingkat keparahan kejadian melalui analisa management risiko.

4.      Mekanisme Pelaporan
Laporan diberikan kepada dokter gigi tersebut yang bernama Drg. Elita Rafni, Sp.Pros.

5.  Dokument yang terkait
a.       Hasil wawancara dengan Drg. Elita  .
b.      Dokumentasi foto.
c.       Literature/ referensi serta hasil penelitian
B.     Identifikasi Bahaya
Dilakukan melalui inspeksi, monitoring, wawancara, dan konsultasi dengan dokter gigi tersebut, dua orang asisten dokter, dan dua orang pasien. Secara umum, dokter gigi sudah memenuhi tata cara pengobatan, baik dri segi alat, kondisi pasien, dll, sehingga identifikasi bahaya dalam kegiatan ini lebih berupa prediksi seandainya kegiatan tersebut dilakukan tanpa APD sebagaimana kebanyakan para dokter gigi saat ini.



C.    Analisa Risiko
1.  Daftar kemungkinan dan konsekuensi dari bahaya pekerjaan dokter gigi baik untuk dokternya sendiri maupun pasien.
Jenis Bahaya
 
Risiko
Konsekuensi
Faktor fisik
  • Pencahayaan sangat terang
 
 
  • Suhu panas
 
 
 
  • Visual acut
 
 

  • Biang keringat, Dehidrasi
 
 
  • Sakit kepala, visus, blooding pada pasien.

  • Kelelahan.
 
Faktor Biologis
  • Bakteri
  • Virus
  • Jamur
 
  • Infeksi
  • Infeksi
  • Infeksi
 
Tertular Penyakit-penyakit yang diderita para pasien melalui air liurnya .
Faktor ergonomic
  • Ergonomic (cara duduk yang salah)
 
  • Musculoskeletal
 
 
 
  • Bagi terapist: Neck stifness dan sakit pinggang
 


Faktor Psikososial
  • Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
  • Perangai pasien yang bermacam-macam
  • Kurang baiknya komunikasi antara terapist dengan pasien
 
 
  • Stress
 

  • Stress
 

  • Pasien stress, keluar keringat dingin
 
 
 
  • Mialgia, loss concentration.

  • Pusing
 

  • Lemah
 
 
Alat Perlindungan Diri dan Sterilitas Peralatan dokter gigi.
  • Dokter gigi yang tidak memakai masker.
 
 
  • Peralatan dokter gigi yang kurang steril
 


  • Infeksi
 
 
 

  • Infeksi



  • Terapist dan pasien bisa saling tertular penyakit yang diderita keduanya.

  • Penularan berbagai jenis penyakit.
Kecelakaan dalam praktek.
  • Biologi (Salah suntik)
 
  • Infeksi

  • Pasien complain
 
  • Berdarahnya gigi pasien
  • Kepercayaan pasien hilang














2. Bentuk analisa semikualitatif

Tingkat Keparahan
Kemungkinan Terjadi
Jarang Terjadi

(1)
Kurang mungkin terjadi (2)
Mungkin terjadi
(3)
Sangat Mungkin terjadi (4)
Hampir Pasti terjadi
(5)
(1)
Tidak ada pengaruh
Suhu panas
(1)




(2)
Pengaruh sangat ringan
Perangai pasien yang bermacam-macam
(2)

Jam kerja yang lama / istirahat kurang
(6)
Pencahayaan sangat terang
(8)

(3)
Pengaruh ringan

Kurang baiknya komunikasi antara therapist dengan pasien
(6)
Cara duduk yang salah
(9)


(4)
Pengaruh serius


Infeksi bakteri
(12)

Kecelakaan dalam pengobatan
(12)
Tidak memakai APD
(16)

Peralatan kurang steril
(16)

(5)
Pengaruh fatal





D.    Evaluasi Risiko
Dari tabel analisa semikualitatif ditentukan prioritas risiko sebagai berikut:
NO.
HAZARD
SKOR
TAFSIRAN
1.
§  Suhu panas
1
§  jarang terjadi
§  tidak ada pengaruh
2.
§  perangai pasien yang bermacam-macam
2
§  jarang terjadi
§  Pengaruh sangat ringan
3.
§  Jam kerja yang lama/istirahat kurang
6
§  Mungkin terjadi
§  Pengaruh sangat ringan
4.
§  Pencahayaan sangat terang
8
§  Sangat mungkin terjadi
§  Pengaruh sangat ringan
5.
§  Kurang baiknya komunikasi  therapist dengan pasien  
6
§  Kurang Mungkin terjadi
§  Pengaruh ringan
6.
§  Cara duduk yang salah
9
§  Mungkin terjadi
§  Pengaruh ringan
7.
§ Infeksi bakteri
§ Kecelakaan dalam pengobatan
12
§  mungkin terjadi
§  Pengaruh serius
8.
§ Tidak memakai APD
§ Peralatan kurang steril
16
§  Sangat mungkin terjadi
§  Pengaruh serius

E.     Pengendalian Risiko
NO.
HAZARD
PENGENDALIAN
1.
§  Suhu panas
§  Minimal harus ada kipas angin.
2.
§ Perangai pasien yang bermacam-macam

§  Dokter gigi harus dibekali juga dengan ilmu psikologi.
3.
§  Jam kerja yang lama/ istirahat kurang.
§  Praktek dengan memakai jadwal, membatasi jumlah pasien, dan selalu ada jadwal istirahat atau relaksasi setiap 30 menit selama 5 menit.
4.
§  Pencahayaan sangat terang

§  Dipasang lampu listrik yang memadai (tidak redup dan tidak terlalu terang)
5.

§  Kurang baiknya komunikasi antara terapist dengan pasien
§  Dokter gigi harus dibekali juga dengan ilmu psikologi.
6.
§  Cara duduk yang salah
§  Dokter gigi harus duduk menghadap lurus ke meja dan badan dapat disandarkan ke kursi agar otot leher tidak kaku dan tegang
7.
§  Infeksi virus, bakteri jamur
§  Peralatan harus disterilisasi dengan sempurna.
§  Wajib memakai APD sarung tangan dan masker.
8.
§  kecelakaan dalam pengobatan
§  dokter gigi harus berhati-hati dan selalu focus serta tenang dalam melakukan praktek
9.
§  tidak memakai APD
§  Diberikan pemahaman keuntungan memakai masker dan perbandingan harga masker dengan risiko yang harus diterima
10.
Peralatan kurang steril
§  Seluruh peralatan harus disterilisasi secara standar, mulai dari pencucian dengan sabun sampai sterilisasi. Jika belum memiliki alat sterilisator, maka bisa dengan merebusnya sampai mendidih selama 20 menit, lalu didinginkan dan diulangi sampai 3 kali.

BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Dokter gigi adalah pekerjaan yang dapat membantu masyarakat dalam memecahkan maslah tentang penyakit pada gigi. Dalam melakukan pengobatan, seorang dokter gigi harus menguasai tata cara pengobatan, jangan sampai terjadi kesalahan yang mengakibatkan pasien merasa dirugikan.
2.       Secara keseluruhan, Drg. Elita Rafni, Sp. Pros. Sudah professional dalam menjalankan tugasnya sebagai dokter gigi, namun penulis masih menemukan sedikit kesalahn seperti pemakaian colokan listrik yang terlalu banyak, dapat mengakibatkan terjadinya kebakaran, dll.
3.      Setelah diadakan penelitian, penulis mendapatkan 10 (sepuluh) tingkat risiko dari kegiatan pengobatan dokter gigi. Dengan analisa semi kualitatif, didapatkan skor tertinggi 16 dari maksimum 16 yang disebabkan oleh hazard tidak memakai APD dan peralatan kurang steril, dengan tafsiran probabilitasnya sangat mungkin terjadi dan pengaruhnya serius. Kemudian skor minimal adalah 1 dari faktor fisika (suhu panas)

B.     Saran-saran

1.      Untuk selalu diadakan pelatihan secara berkala bagi dokter gigi  untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya.
2.      Dokter gigi sebaiknya dapat menjaga kesehatan agar kelancaran dalam melakukan pengobatan dapat berjalan lancar